Biarkan kami mati dengan tenang


Bait ini bukan penghakiman semesta atas lambannya bijak pun juga tegasmu.
Maka tolong pejamkan matamu dan rasakan apa yang terjadi pada rakyatmu hari ini.
Pahamilah sedikit bahwa setidaknya kami juga ingin hidup. 
Bukan mati sia-sia karena sakit tak kasat mata.

Kami tau, bahwa di istana kami dianggap bodoh.
Dianggap rendah karena suara kami bisa dibungkam dengan materi yang kau punya.
Tak apa.
Kau memang miliki segalanya untuk menghendaki apa yang kau inginkan hanya dengan sebelah tanganmu.
Tapi tolong lihatlah kami. Minimal untuk kali ini saja.
Lihatlah kami yang tak miliki daya apapun untuk setidaknya bertahan hidup.

Tidakkah kau ingat ?
Sudah berapa kebijakan yang kau lancarkan demi mempertahankan eksistensi dirimu ?
Sudah berapa aturan yang kau halalkan demi lancarnya hidupmu ?
Sudah berapa kontrak politik yang kau tandatangani untuk bisa duduk di bangku megahmu hari ini ?
Rasanya terlalu banyak dan kami hanya diam sekalipun terus kau cekik perlahan.
Kau tampak seperti pembunuh handal.
Yang membunuh bukan dengan belati atau bahkan bom atom.
Kau tak perlu kotori tanganmu untuk membunuh kami.
Kau hanya biarkan kami miskin kemudian lapar hingga akhirnya mati !
Kau hebat, dan aku akui itu !

Tapi kali ini soal lain,
Jika memang benar adanya kau akan bunuh kami secara perlahan, tolong biarkan kami mati dipelukan orang-orang tersayang.
Yang biasa kau sebut keluarga dan sanak saudara.
Jika memang PHK massal ini menjerat kami yang ada dilapisan masyarakat menengah bawah,
Setidaknya jangan biarkan kami mati karena pandemi ini.

Apalagi yang kau inginkan ?
Sebagian dari kami tunduk sekalipun sejujurnya tak rela dirumahkan
Maka kami rela hidup makin miskin dengan makan seadanya dan minum sebisanya
Sebagian yang lain memberanikan dirinya untuk bepergian agar tetap bisa menafkahi keluarga yang ada.
Maka kami harus siap jika suatu waktu kami terpapar sakit seperti sebagian yang lain yang hari ini tengah terisolasi di gedung yang kau sebut garda terdepanmu.

Kali ini aku tak bicara soal penolakanku terhadap omnibus law yang sedang marak menjadi perhatian beberapa aktivis gerakan,
Kali ini aku tak bicara soal persiapan Mayday yang setiap tahun menjadi panggung megah buruh untuk merefleksikan kemudian meneriakkan apa yang kami inginkan,
Kali ini aku tak bicara soal perampasan tanah yang kau langgengkan untuk kepentinganmu bersama sekutu korporasimu itu,
Kali ini aku tak bicara soal pedagang kecil yang kehilangan pemasukan harian hanya untuk bisa membeli makan,
Kali ini aku tak bicara soal pekerja lepas dan pekerja harian yang harus pulang tanpa membawa uang sepersepun.

Apa kau pernah rasakan apa yang kami rasakan ?
oh salah, maaf. pertanyaan diatas ku perbaiki.
APA KAU PERNAH SETIDAKNYA MENCOBA PAHAMI APA YANG KAMI RASAKAN ?
Mungkin akan sulit.
Karena kau berada pada lapisan teratas dari masyarakat.
Kau punya materi,
Kau punya kekuasaan,
Kau bisa berkehendak,
Sementara kami ??
APA YANG BISA KAMI LAKUKAN ?
Apa yang bisa kami lakukan setidaknya untuk terus berkumpul bersama keluarga dirumah menjelang bulan ramadhan dan Idul Fitri ?

Kau kami anggap sebagai Tuhan kecil hari ini,
Tolong berikan kami keputusan dan kebijakan terbaik.
Tolong bunuh kami pada kondisi bahagia karena bisa berada dipelukan orang terkasih sekalipun kami harus menahan lapar dan haus karena tak miliki sandaran ekonomi apapun.
Biarkan kami mati dengan tenang,
Mati karena semesta menghendaki kami kembali kepelukanNya.



 Sidoarjo, 23 April 2020
 -rani-

Share this:

CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar