Lebaran H+1 (25 Mei 2020)

Desember 2019,

Waktu itu setelah diagnosa penyakit paru-paruku muncul dan harus menjalani pengobatan intensif selama lebih dari 7 bulan,

Aku hanya berpikir bagaimana caranya bisa konsisten mengkonsumsi obat-obatan setiap hari agar bisa normal kembali.

Dia,

Dia yang memasang alarm di hp nya setiap pukul 06.00, 10.00, 14.00, dan jam 22.00.

Dia yang selalu ingatkan di jam-jam tersebut agar aku tidak terlambat minum obat. 

Sempat ingin menyerah.

Tapi kembali ingat bahwa Wahyu adikku harus kutemui di tempat ia pendidikan tahun depan.

Lalu kubuat janji sederhana dengannya kala itu.

“Mas, pokoknya kalau aku sudah sembuh nanti, aku mau lamaran di tahun itu”. “iya dek”. Yang penting sembuh dulu”, jawabnya singkat.

Aku tau itu hanya jawaban penyemangat karena dia tahu aku butuh motivasi untuk bisa terus konsisten minum obat sampai akhirnya aku bisa sembuh.

Bercanda itu kadang bisa membuatku ingat bahwa aku harus sembuh. Sehingga aku bergegas untuk minum obat ketika malasku sering kali datang.

Aku harus tepat minum obat di jam yang sama dan tidak boleh lepas seharipun.

Karena dampaknya akan panjang dan membuat virus yang ada di paru-paruku menjadi resisten terhadap obat.

Tak sedikit yang meninggal, dan tak sedikit yang menjalani pengobatan lebih parah dariku. Seperti harus disuntik setiap hari dan minum dosis obat yang lebih banyak dari yang ku minum.

Singkat cerita,

Waktu berjalan begitu cepat dan lebih dari tujuh bulan sudah aku mengkonsumsi obat-obatan.

Kemudian tiba waktu dimana aku harus check up (rontgen) ntuk melihat kondisi paru-paruku.

Sudah ada perbaikan atau belum, sudah sembuh atau belum.

Seminggu kemudian hasilnya keluar. Keterangan di hasil rontgen adalah bekas peradangan “artinya aku sembuh dan aku berhasil”

Andai kalian tahu. Obat yang aku konsumsi mempunyai efek samping yang tidak biasa. Seperti mual bahkan muntah, gatal-gatal, berkeringat, dan masih banyak yang lain. Di tambah lagi dengan kondisi badanku yang sangat lemah waktu itu.

Tapi dalam kondisi efek samping yang sedemikian rupa, berat badanku tidak boleh stuck apalagi mengalami penurunan. Setiap 2 minggu sekali aku harus control dan berat badanku juga harus naik.

Sejak desember 2019 sampai mei 2020 berat badanku yang ada di angka (kalau tidak salah) 48kg menjadi 56kg.

Perjalanan sakit ini cukup panjang.

Efek samping dari obat yang membuatku kadang ingin menyerah dan sering kali memutuskan untuk berhenti mengkonsumsi obat.

Dulu, di awal tahun pernah terjadi perbincangan seputar janji bercanda kita.

Sempat pula mulai berani membuat konsep hingga menentukan dateline kapan ia akan membawa keluarganya datang kerumah, bulan lamaran, hingga kapan akan melangsungkan pernikahan.

Waktu itu kami rencanakan akhir taun setidaknya kami sudah melangsungkan acara lamaran kemudian tahun depannya menikah.

Tapi perbincangan itu terpaksa kita pending beberapa waktu karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk bertemu dan merealisasikan apa yang sudah kita rencanakan halu di awal tahun.

Ya, covid ini datang tiba-tiba dan kita bahkan tak tahu kapan ia akan pergi.

Kami tak lagi membahas hal berbau pernikahan karena masing-masing dari kami juga rasanya tidak terlalu terburu-buru untuk menikah.

Sampai akhirnya, waktu itu beberapa hari sebelum hari raya idul fitrih.

Ia bilang akan ikut kakak perempuan dan suami kakaknya mudik ke Madura yang kebetulan tempatnya di kabupaten sebelah tempatku tinggal.

Ia bilang akan sempatkan main dan silaturahmi kerumah setelah lebaran. Waktu itu dia bilang akan datan sendiri.

Entah apa yang terjadi, Malam takbiran tiba-tiba ia bilang kakaknya akan ikut datang kerumah bersamanya.

“mau ngapain mbak mas ?” itu pertanyaan pertamaku. Ia menjawab hanya silaturahmi.

Entah kenapa hatiku berdebar malam itu. Rasanya hati ini sangat tidak tenang. Hingga malam itu kuputuskan untuk membuka al-qur’an dan membacanya sepanjang malam.

Aku menangis di beberapa lembar pertama, tapi semakin lama rasanya semakin tenang seolah ada yang membisikkan sesuatu padaku. Seolah-olah aku tak boleh berpikiran yang macam-macam dan menyerahkan semuanya pada kuasa Tuhan yang memiliki skenario terbaik untuk setiap hambanya.

Setelah sesegukanku reda dan berhenti menangis, rasa kantuk pun datang. Akhirnya kuputuskan untuk selesai membaca Al-Qu’an kemudian bergegas untuk tidur.

Malam berlalu begitu cepat waktu itu. Rasanya aku baru saja tertidur tapi sudah harus bangun kembali.

Kemudian tepat siang hari ia pun datang bersama kakak beserta suami dan anaknya.

Aku kembangkan senyum seolah-olah tak takut apapun hari itu, bersalaman dengannya pun juga dengan kakak dan suaminya.

Ya Tuhan, ini rasanya kali pertama rumahku didatangi keluarga dari pacarku.

Ketika berada di ruang tamu, kakak beserta suaminya kemudian ayah dan ibuku saling bertukar pertanyaan dan sesekali bercanda. Ya, layaknya orang yang baru berkenalan dan mencoba akrab. Suasana itu sangat asing bagiku.

Kemudian aku ? aku hanya sesekali menyumbang senyum ketika obrolan mereka lucu padahal sebenarnya aku tak ingin tersenyum karena sedari awal sudah gugup.

Tiba akhirnya obrolan selesai dengan sendirinya. kemudian kakak perempuannya bersiap seolah akan pulang dan berpamitan pada aku dan keluargaku.

Tiba-tiba suami kakaknya ambil suara “Ibu, bapak, jadi begini. Maksud kami datang kesini ..” , kemudian disusul oleh kakaknya tiba-tiba “iya bu, pak.. Jadi begini. Kami pikir adik kami ini usianya sudah tidak muda lagi. Ndak baik juga pacaran terus. Jadi, nanti setelah kami pulang, jika masih ada kecocokan dari adik kami dan rani, insya Allah kami dan keluarga akan datang lagi nanti bulan 7”.

Sontak aku terdiam, sebenarnya tidak terlalu kaget karena semalam sudah ku selesaikan urusan hatiku dengan cara menangis. Aku sudah berpikir akan seperti ini tujuan kakaknya ikut datang kerumah, tapi masih belum terlalu yakin sehingga hatiku tidak tenang semalaman.

Ayah dan ibuku terdiam karena mereka cukup terkejut. Kemudian hanya bisa menjawab “ohh begitu,, iyaaa….”

Kemudian ia bersama kakak dan suami kakaknya bersiap pulang dan berpamitan.. 


To be continue..

 

Share this:

CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar