aku merindukannya

pernah kau tau rasanya merindukan setetes air hujan di musim kemarau?
sakit bukan? atau perih? atau bahkan rasanya seperti menyayat luka yang belum sempat kering?
bagaimana jika aku merindukanmu? merindukanmu dalam diam. merindukan dalam sepi. dan merindukan dalam gelap.
hampir tak pernah lagi ku dapati dirimu berdiri di tempat yang sama di titik kau tinggalkan aku waktu itu.
kau harus tau betapa sakitnya saat kau tinggalkan ku sendiri. kau harus tau aku pernah merasakan sesak ketika harus terima kenyataan bahwa kau akan jauh se jauh jauhnya meninggalkan sejuta kenangan yang pernah kita lukis berdua. dan sekarang aku harus menguburnya dalam-dalam.
aku hanya merindukan. bukan mengharapnya kembali. aku tak se egois itu. aku tak pernah punya hasrat memaksa seperti itu.
entah ini rindu yang wajar atau tak wajar? tapi bagiku ini sebuah kewajaran. apa salahnya jika kemudian aku merindukan sosok yang sebelumnya pernah menjadi pemeran utama dalam kehidupanku? tak ada kan?
entahlah, jika hari ini aku telah lupa karena merindukanmu semoga hari esok aku kembali ingat bahwa kau tak lagi disini sehingga rindu ini akan pergi dengan sendirinya.
singkat yang ingin ku sampaikan ketika kau bersedia dengarkan semuanya. aku hanya ingin ucapkan terimakasih telah mengajarkanku arti hidup, terimakasih pula telah bersedia mengantarkan ke pintu gerbang cita-citaku meski kemudian kau tak temani aku tuk lelalui setiap prosesnya kemudian merayakan kemenangan bersama. tapi apapun itu terimakasih ku ucapkan untuk segala yang pernah kau lakukan. semoga kau selalu baik disana.

Share this:

CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar